Rabu, 19 Juli 2017

Anak bukan hanya butuh makan

8Setiap bangun tidur dia sudah di sodori sepiring nasi, kemudian setelah itu di Biarkan bermain sesuka hati.
Menjelang jam 9 dia di kasih makan nasi lagi, padahal si anak tidak mau. Tapi tetap di paksakan walaupun sambil berlarian.
Sesi makan kedua selesai, lanjut sesi ketiga menjelang dzuhur atau setelah dzuhur. Si kecil di teriaki untuk makan nasi lagi, di rayu, di bohongi dan segala jurus di keluarkan agar si anak membuka mulut dan menghabiskan makanannya.

Heran..hati saya berkata, kok yah anak di suruh makan melulu. Kemudian di Biarkan bermain sesuka hati, ditinggal beberes rumah mungkin. Ditinggal masak atau Ditunggal tidur juga mungkin, entahlah dia menganggap bahwa anak-anak itu yah pekerjaannya bermain dan bermain saja.

Memang dunia anak itulah dunia bermain. Belum di wajibkan untuk shalat karena belum aqil baligh m. Tetapi entah kenapa yah justru disitu saya merasa sedih, ( eh..ini bukan sedang nyanyi yah). Apakah anak itu tidak perlu yah di kasih stimulus gitu. Misal di ajari baca basmallah, berdo'a sebelum dan sesudah makan. Atau hal lainnya yang dilakukan dengan cara bermain tetapi sesungguhnya itu juga dalam rangka belajar.

Tidak bisa menyalahkan sih, tapi hati ini menjadi sedih ketika generasi bangsa tumbuh dengan cara seperti itu. Lalu bagaimana masa depannya nanti, memang tidak ada yang tahu bagaimana nasib seseorang itu. Tetapi bukankah anak itu cerminan dan hasil didikan dari orangtuanya.

Banyak anak di Biarkan begitu saja, bermain tak mengenal waktu. Tidak di perhatikan apalagi di beri kasih sayang, peran orang tua di gantikan oleh sang nenek. Ayah pun tak turut serta dalam pendidikan seorang putri, entahlah saya hanya melihat dan saya hanya berusaha mencari hikmah. Bukan untuk membandingkan dan merasa saya sudah menjadi ibu yang baik, jauhkan dari sifat sombong ya robb.

Sesungguhnya saya pun masih belajar, dan ingin terus belajar. Saya ingin sekali membuka mata hati seorang ibu dan mengembalikan lagi kepercayaan diri mereka sebagai seorang ibu yang mendidik dan merawat sendiri putra putrinya.

Bukan sebaliknya seorang ibu yang bangga ketika dia punya pekerjaan dengan gaji yang besar serta punya kedudukan strategis di kantornya, sedangkan anaknya tak di rawat dengan baik. Baginya di titipkan kepada orangtua itu menjadi alternatif solusi terbaik daripada di titipkan sama baby sitter yang kini banyak kasusnya.

Alih - alih merasa bangga dan merasa berguna untuk sekitar. Dan merasa bahagia mempunyai penghasilan sendiri, marilah kita tengok hati kecilnya. Kita luangkan waktu sejenak untuk bertanya dari hati ke hati kepada seorang ibu bekerja. Apakah dia mau meninggalkan anaknya dan di rawat oranglain. Dan si anak menjadi lebih dekat dengan si pengasuh? Jawaban pasti tidak, tapi..

Nah..Jika sudah ada kata tapi di belakang itu kita perlu memperbaiki diri sebagai seorang ibu. Ibu itu adalah sekolah yang pertama untuk anaknya, anak akan meniru dan belajar apapun pertama kali dari ibunya.

Jangan salah dan jangan menganggap mendidik anak itu merupakan hal mudah sehingga kita cenderung melalaikannya. Sungguh di hari pembalasan nanti kita sebagai orangtuanyalah yang akan di mintai pertanggungjawaban atas amanah yang telah allah berikan pada kita.

Semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur dan tidak melalaikan tugas dan tanggung jawab sebagai orangtua. Allahuma amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar