Jumat, 14 Juli 2017

Terimakasih ibu mertua

Usianya kini tak lagi muda, terbukti dari uban yang mulai nampak dirambutnya. Tapi kelembutan dan kesehajaannya tidak pernah menua, itu terbukti dari setiap kalimat yang beliau ucapkan.
Anaknya kini telah jauh, tak berada lagi di sampingnya mengarungi hidup ini demi mencari ilmu dan penghidupannya masing-masing. Anak sulungnya itulah yang kini menjadi pendamping hidupku, menjadi Ayah dari anak-anak ku.
Lelaki yang tangguh bertanggung jawab dan penuh kasih sayang dan kesabaran, aku tahu dia pun menjadi sosok yang seperti sekarang karena didikan dari ibunda tercinta, ibu mertuaku.
Suamiku tiba-tiba akan terdiam seketika dan air matanya tiba-tiba meleleh, ketika dia mendengar atau melihat langsung kesusahan yang dialami oleh ibundanya.
Mas arif tahu dan dia ingin sebagai seorang anak membalas segala apa yang pernah orangtua berikan padanya. Menanggung semua beban hidupnya, semakin dia meminta semakin sulit pula hal itu di lakukan olehnya.
Menyadari bahwa kasih sayang dan segala yang di lakukan ibunda terhadapnya tidak akan pernah tergantikan oleh apapun, pernah suatu ketika aku merasa iri ketika suamiku begitu menyayangi ibundanya. Padahal tidak sepantasnya aku begitu, bahkan suamiku sudah sangat baik terhadapku dan anakku.
Akan selalu aku ingat  bahwa
" seorang istri itu milik suaminya dan seorang lelaki adalah milik ibunya"
Walaupun telah berumah tangga dan menjadi seorang suami. Mempunyai istri dan anak sebagai tanggung jawab nya, tetapi tanggung jawab nya terhadap seorang ibu tidak bisa di lepaskan begitu saja. Bahkan seorang lelaki yang telah menjadi seorang suami harus mendahulukan kepentingan orangtuanya setelah kewajibannya sebagai seorang suami dan ayah terpenuhi.
Bersyukur dan bahagia luar biasa, mempunyai ibu mertua yang tidak pernah menganggap aku sebagai menantunya. Yah..ibu mertuaku menganggap aku sebagai anaknya sendiri, semenjak ijab qabul itu di lakukan dan kami dinyatakan sah menjadi sepasang suami istri, dan bertambahlah anak ibu mertuaku menjadi 4 orang di tambah dengan istri anak sulungnya, mas arif yang kini menjadi suamiku.
Subhanallah, malu aku pada diriku sendiri. Yang jarang memeluk dan mencium orangtuaku. Padahal suamiku selalu melakukannya bahkan pada ibuku, yah ibu mertua suamiku. Yang sudah mas arif anggap sebagai ibundanya sendiri, sungguh luar biasa allah memberikan semuanya di kehidupanku ini.
Justru aku yang sering mengecewakan ibu mertuaku dengan sikapku yang menunjukkan bahwa aku saat itu tidak kerasan tinggal di rumah ibu mertua, rumah masa kecil suamiku. Entahlah bagiku suasana yang sepi jauh dari kota akses kemana - mana susah, ditambah kondisi pedesaan yang ah..bosan aku hidup di desa.
Waktu berjalan dan alhamdulillah kini tidak ada kata tidak kerasan ketika kita  berkunjung kerumah ibu mertua, seringkali kami malah ditinggal mas arif pulang terlebih dahulu. Dan kita ditinggal disini untuk beberapa saat sebelum kembali pulang, dan aku pun merasa tidak ada masalah. Sudah aku anggap rumah ibu mertuaku juga rumahku sendiri, karena  ibu mertuaku itu juga ibuku sendiri. Walaupun dia tidak melahirkanku tetapi beliau telah melahirkan lelaki hebat yang kini bertanggung jawab terhadap keluarga nya, menjadi panutan dan menjadi Ayah serta suami yang penuh kesabaran dan kasih sayang.
Terimakasih ibu mertuaku..kau telah didik anak-anak mu dengan penuh cinta dan kasih sayang, kau telah membuktikan bahwa amanah allah berupa anak itu perlu di jaga dengan sebaik-baiknya dan di didik dengan sebaik-baiknya pula, karena tanggung jawab untuk mendidik anak adalah kewajiban orangtuanya. Sekali pun anak itu di masuk ke sekolah atau ke pondok pesantren, bukan berarti ketika anak sudah di masukkan ke lembaga pendidikan kemudian orangtuanya lepas tangan. Itu adalah kesalahan terbesar yang di lakukan orangtua.
Aku pun banyak belajar darinya, bismillah berharap segala yang baik darinya bisa aku tiru sehingga anakku kelak menjadi lelaki seperti ayahnya. Terutama menjadi lelaki yang soleh, penyayang, penyabar dan bertanggung jawab.
Dan..Suatu ketika suami berujar kepadaku bahwa dia punya nadzar ingin mendaftarkan orangtuanya untuk naik haji, dan dia meminta keikhlasan ku.  Alhamdulillah niat yang sungguh mulia dari seorang anak untuk kedua orangtuanya, tak sedikitpun aku akan menghalangi. Justru turut mendoakan semoga senantiasa di lancarkan rezekinya untuk bisa secepatnya mendaftarkan ibu dan bapak mertuaku.
Rekening haji pun telah di buat dan kini tinggal menunggu transfer dari anak sulungnya untuk biaya pendaftaran haji. Kemudian mengurus ke departemen agama setempat untuk mendapatkan porsi dan tinggal menunggu waktu berangkatnya.
Bersyukur mempunyai suami yang begitu menyayangi orangtuanya, sadar bahwa segala yang telah dilakukan Ayah dan ibundanya tidak bisa dia balas sampai kapan pun bahkan sampai dia tidak berada di dunia ini lagi. Sedikit yang bisa dia lakukan untuk membentuk sesungging senyum di bibir tuanya, untuk menjadikan hidupnya mulia.
Begitulah caranya suamiku memuliakan ibundanya tercinta, terimakasih suamiku kau banyak mengajariku banyak hal. Dan semoga apa yang telah kau lakukan menjadi amal kebaikan tersendiri buatmu dan kelak allah membalas dengan surga Nya.
Terimakasih ibu mertuaku. .tidak ada kata yang patut aku ucapkan selain itu, kau sungguh wanita berhati mulia. Dan izinkan kami memuliakanmu di dunia ini sehingga kau pun terlihat mulia di akhirat kelak.
Allahuma amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar