Selasa, 16 Mei 2017

Flash fiction LDR


Pernah sekira 3 tahun yang lalu, kita berpisah jarak dan waktu. hanya seminggu sekali kita bertemu, yah..rindu yang menggebu mencoba kita tahan demi atas nama perjuangan. Hidup berjauhan dengan sang kekasih halalku bukanlah yang aku inginkan.
Tetapi takdir kala itu berkehendak demikian, apalah mau di kata. kita dengan sabar menjalani walaupun semuanya tidaklah mudah bagi kami, komunikasi menjadi faktor utama kala itu, kesibukan suami dan kelelahan ketika sudah sampai di kamar kost, hanya satu yang dia inginkan, tidur!
Begitu terus waktu berlalu dan jika tiba saat weekend, berbungalah hati kami. Yah..sebagai seorang istri aku ingin menyambut pujaan hatiku dengan segenap rasa cinta yang telah lama aku pendam, berharap kita bisa menumpahkan segala kerinduan di hati kita dengan penuh keromantisan dan peluk mesra serta diiringi canda tawa.
Realita nyatanya kadang kala tidak sesuai dengan ekspektasi kita, yah..pernah suatu ketika aku masih disibukkan dengan pekerjaan yang juga di kejar dealine, ketika weekend suami pualng aku pun tidaka bisa menyambutnya.
Bukan sebuah nada-nada rindu yang terputar indah di bilik rindu kita, tetapi ada rasa yang mengganggu di hati kita masing-masing. jelasnya satu angan-angan yang sudah suami bayangkan sedari seminggu yang lalu, pupus sudah seiring sibuknya aku memikirkan pekerjaan yang tiada habisnya.
Alih-alih membantu menyelesaikan justru membuat perkara baru, suami ingin ketika dia pulang, hanya dirinya yang diperhatikan dan dia sentuh. Tinggalkan pekerjaan ketika kita bersama, dan saat itu bukanlah waktu yang tepat menurutku, dan kala itu kita pun tidak mau mengalah dengan keegoisan kita masing-masing.
LDR (long distance relationship) tidaklah mudah kami jalani, butuh perjuangan dan kesabaran yang luar biasa. Jarak dan waktu yang memisahkan ditambah minimnya komunikasi adalah sebab-sebab munculnya sebuah konflik dalam rumahtangga.
Bersyukur suamiku adalah tipe lelaki penyabar dan sungguh pengertian, entahlah bagaimana jika kau mempunyai suami dengan watak yang sama denganku. mungkin balada cintaku telah runtuh sedari dulu kala. Mungki inilah yang dinamakan jodoh, dan allah telah memilihkan dia sebagai jodohku.
Allah memberikan aku seorang suami yang bisa melengkapi kekuranganku, allah juga memberikan seorang suami yang sangat  baik dan bertanggungjawab, disitulah aku harus selalu bersyukur setiap waktu.
Terimakasih ya allah kau jadikan dia imamku, dan jadikanlah dia lelaki yang selalu bersabar dan terus bersabar, biarlah engkau yang membalas segala kebaikan-kebaikan yang pernah dia lakukan untuk keluarganya, untuk anak dan istrinya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar