Selasa, 09 Mei 2017

UNGKAPAN SI KECIL, TITAH TUHANMU


Aku sendiri tanpa ibu dan nenekku, yah...biasanya aku selalu di kejar-kejar nenekku setiap hari. Ketika aku berlarian kesana kemari, sering juga aku di larang melakukan ini dan itu. Ah..jengkel sebetulyna tetapi aku tidak bisa berontak, aku hanyalah makhluk kecil yang tak berdaya.
Tetapi hari ini begitu berbeda bagiku, mana nenekku yang selalu cerewet padaku. Bangun tidur aku sudah tidak asing lagi kalau ibuku sudah tidak ada disampingku karena dia sudah berangkat kerja pagi tadi, biasanya ada nenek yang menyambutku bangun di pagi hari.
Oh..ternyata nenek sedang pergi ke solo, ke rumah mbah buyut ku disana. Ya sudahlah aku bermain saja sama teman-temanku, agung teman yang setiap hari aku ajak bermain. Dia orangnya asyik banget walapun kadang juga dia tidak mau ikut dengan apa yang aku perintahkan, huh..kesel deh.
Tapi..aku sekarang jadi penurut, ketika ayahku menyuruh aku untuk mandi aku langsung bergegas. Entahlah bukan karena takut sama ayah, tetapi aku lebih nyaman ketika ada seorang wanita lembut yang membersamaiku setiap hari.
Sebetulnya aku ingin setiap hari bersama ibu, tetapi itu tidak mungkin karena ibu harus bekerja. Ya sudahlah..bersama nenek pun aku juga bahagia, asalkan dia tidak melarangku untuk bermain ini dan itu.
Begitulah mungkin kalimat demi kalimat yang akan diucapkan oleh bibir mungil si kecil, menggambarkan keadaan dirinya setiap hari yang hanya di temani oleh neneknya, dan jika suatu hari neneknya pergi, teramat sangat kehilangan sosok yang bisa bersama dirinya setiap hari, sedih rasanya.
Raut kesedihan itu bisa aku lihat, ketika  dia bermain kesana kemari tidak ada yang mengawasi , dan mau berbuat sesuka hatipun tidak ada yang melarang seperti biasanya,. Tetapi di sudut hatinya yang paling dalam dia kehilangan sosok  wanita yang selalu mengisi hari-harinya.
Mau berharap ibunya untuk bersamanya sepanjang hari pun tidak mungkin, karena ibu harus bekerja. Pulang paling sore kadang juga habis maghrib. Pernah sebetulnya bibir mungil itu dengan terang-terangan bilang kalau ibunya jangan bekerja, biar ayah saja yang bekerja. Ibu dirumah temani aku main bersama aku.
Ya allah..itu pamggilan si kecil, itu panggilan allah untuk kita. Untuk ibunya membersamai tumbuh kembang si kecil. Apalagi di 5 tahun pertamanya di dunia ini, tetapi kadang kita sebagai orangtua masih saja egois, masih saja tidak perduli dengan malaikat kecil sumber pahala kita di dunia ini.
Kita abai dan lalai, tugas dan tanggungjawab kita yang utama yakni mendidik seorang anak. Yah..karena ibu itu sebagai madrasah pertama untuk anaknya, dia harus sealu hadir di nomer pertama untuk anaknya, dia wajib ada ketika anak membutuhkan.
Benar sekali ketika bibir mungilnya berucap, biar ayah saja yang bekerja. Ya robb..itu kalimat yang keluar dai bibir mungil tak berdosa itulah kalam illahi, tapi kita gagal faham. Kita masih saja egois dan tak mau perduli, toh..ada neneknya yang bia bermain bersama dia setiap hari.
Astaghfirullah..kelak kita sebagai orangtua yang di mintai pertanggung jawaban oleh allah bukan neneknya, walapun setiap hari dia bersama neneknya. Anak itu bukan tanggungjawabnya neneknya, tetepi ayah dan ibunya. seorang wanita yang kini berstatus sebagai ibu, kemudian dengan mudahnya membebankan tanggungjawab kepada orangtuanya atau orangtua suaminya, dia biarkan orangtuanya merawat anaknya dengan bersusah payah, kita bekerja kok..kita juga berusaha memenuhi segala kebutuhannya, begitu dalih seorang ibu yang bekerja.
Lalu..dimana peran seorang ayah?? Jika beban ekonomi keluarga di tanggung oleh istri, dan anak di asuh oleh neneknya. Kemudian apa yang dilakukan oleh seorang ayah setiap hari. Hanya makan dan tidur dan melakukan apapun sesuka hati, aduh...dunia sudah hancur jika begini.
Kenapa? Karena generasi penerus bangsa ini tidak dididik dengan biak oleh sang bunda, yah..oleh ibunya sendiri. justru kebanyakan orang sekarang lebih suka mengalihkan tanggungjawab pengasuhan anak kepada oranglain, entah itu dengan membayar pengasuh atau kepada kakek dan neneknya.
Miris, melihat perkembangan zaman yang terlihat maju tetapi pada hakikatnya justru semua mengaami kemunduran secara perlahan-lahan, bagaimana tidak ketimpangan peran sosial di masyarakat telah jelas terlihat, wanita yang seharusnya jadi tulang rusuk kini menjadi tulang punggung. Suami yang seharusnya bekerja banting tulang setiap hari, kini hanya ongkang-ongkang kaki dirumah.
Ada juga kasus TKW di luar negeri, pulang ke tanah air anaknya tidak terurus . eh..suaminya malah kawin lagi, aduh...jika sudah seperti ini baru deh seorang wanita sadar diri, bahwa mencari nafkah dengan meninggalkan anak apalagi suaminya, berjauhan selama bertahun-tahun. Itu adalah perbuatan yang sangat salah, nasi udah menjadi bubur, lalu Apakah seorang lelaki masih saja berfikfiran waras jika hasrat biologisnya meminta untuk di penuhi, tetapi tidak ada istrinya sebagai lahan bercocok tanamnya.
Marilah saudaraku..saya ingin mengajak kepada seluruh wanita di dunia ini, untuk kembali memeluk buah hati kita, kita peluk cium mereka hingga mereka menolak sendiri. Yah..tidak lama coba kita lihat ketika si kecil telah memasuki jenjang sekolah menengah pertama, dia mulai malu ketika harus di cium dan di peluk sang bunda.
Ini juga kesempatan buat kita, untuk puas memeluk dan menciumnya. Buah hati kita, harapan kita dan segalanya di hidup kita, pandang wajah polos tak berdosanya setiap saat, jangan kau abaikan setiap kata yang keluar dari bibir mungilnya.

Bisa jadi kalimat-kalimat yang keluar itulah titah tuhan, itulah petunjuk allah untuk kita hamba-hambanya yang sering lalai padanya, jadikan kami orang-orang yang kembali kepadamu dalam keadaan khusnul khotimah ya robb, dan  kami telah merampungkan tugas sebagai orangtua dengan baik, amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar