Aku sendiri tanpa ibu dan nenekku,
yah...biasanya aku selalu di kejar-kejar nenekku setiap hari. Ketika aku
berlarian kesana kemari, sering juga aku di larang melakukan ini dan itu. Ah..jengkel
sebetulyna tetapi aku tidak bisa berontak, aku hanyalah makhluk kecil yang tak
berdaya.
Tetapi hari ini begitu berbeda bagiku,
mana nenekku yang selalu cerewet padaku. Bangun tidur aku sudah tidak asing
lagi kalau ibuku sudah tidak ada disampingku karena dia sudah berangkat kerja
pagi tadi, biasanya ada nenek yang menyambutku bangun di pagi hari.
Oh..ternyata nenek sedang pergi ke solo,
ke rumah mbah buyut ku disana. Ya sudahlah aku bermain saja sama teman-temanku,
agung teman yang setiap hari aku ajak bermain. Dia orangnya asyik banget
walapun kadang juga dia tidak mau ikut dengan apa yang aku perintahkan,
huh..kesel deh.
Tapi..aku sekarang jadi penurut, ketika
ayahku menyuruh aku untuk mandi aku langsung bergegas. Entahlah bukan karena
takut sama ayah, tetapi aku lebih nyaman ketika ada seorang wanita lembut yang
membersamaiku setiap hari.
Sebetulnya aku ingin setiap hari bersama
ibu, tetapi itu tidak mungkin karena ibu harus bekerja. Ya sudahlah..bersama
nenek pun aku juga bahagia, asalkan dia tidak melarangku untuk bermain ini dan
itu.
Begitulah mungkin kalimat demi kalimat
yang akan diucapkan oleh bibir mungil si kecil, menggambarkan keadaan dirinya
setiap hari yang hanya di temani oleh neneknya, dan jika suatu hari neneknya
pergi, teramat sangat kehilangan sosok yang bisa bersama dirinya setiap hari,
sedih rasanya.
Raut kesedihan itu bisa aku lihat,
ketika dia bermain kesana kemari tidak
ada yang mengawasi , dan mau berbuat sesuka hatipun tidak ada yang melarang
seperti biasanya,. Tetapi di sudut hatinya yang paling dalam dia kehilangan
sosok wanita yang selalu mengisi hari-harinya.
Mau berharap ibunya untuk bersamanya
sepanjang hari pun tidak mungkin, karena ibu harus bekerja. Pulang paling sore
kadang juga habis maghrib. Pernah sebetulnya bibir mungil itu dengan terang-terangan
bilang kalau ibunya jangan bekerja, biar ayah saja yang bekerja. Ibu dirumah
temani aku main bersama aku.
Ya allah..itu pamggilan si kecil, itu
panggilan allah untuk kita. Untuk ibunya membersamai tumbuh kembang si kecil. Apalagi
di 5 tahun pertamanya di dunia ini, tetapi kadang kita sebagai orangtua masih
saja egois, masih saja tidak perduli dengan malaikat kecil sumber pahala kita
di dunia ini.
Kita abai dan lalai, tugas dan
tanggungjawab kita yang utama yakni mendidik seorang anak. Yah..karena ibu itu
sebagai madrasah pertama untuk anaknya, dia harus sealu hadir di nomer pertama
untuk anaknya, dia wajib ada ketika anak membutuhkan.
Benar sekali ketika bibir mungilnya
berucap, biar ayah saja yang bekerja. Ya robb..itu kalimat yang keluar dai
bibir mungil tak berdosa itulah kalam illahi, tapi kita gagal faham. Kita masih
saja egois dan tak mau perduli, toh..ada neneknya yang bia bermain bersama dia
setiap hari.
Astaghfirullah..kelak kita sebagai
orangtua yang di mintai pertanggung jawaban oleh allah bukan neneknya, walapun
setiap hari dia bersama neneknya. Anak itu bukan tanggungjawabnya neneknya,
tetepi ayah dan ibunya. seorang wanita yang kini berstatus sebagai ibu,
kemudian dengan mudahnya membebankan tanggungjawab kepada orangtuanya atau
orangtua suaminya, dia biarkan orangtuanya merawat anaknya dengan bersusah
payah, kita bekerja kok..kita juga berusaha memenuhi segala kebutuhannya,
begitu dalih seorang ibu yang bekerja.
Lalu..dimana peran seorang ayah?? Jika beban
ekonomi keluarga di tanggung oleh istri, dan anak di asuh oleh neneknya. Kemudian
apa yang dilakukan oleh seorang ayah setiap hari. Hanya makan dan tidur dan
melakukan apapun sesuka hati, aduh...dunia sudah hancur jika begini.
Kenapa? Karena generasi penerus bangsa
ini tidak dididik dengan biak oleh sang bunda, yah..oleh ibunya sendiri. justru
kebanyakan orang sekarang lebih suka mengalihkan tanggungjawab pengasuhan anak
kepada oranglain, entah itu dengan membayar pengasuh atau kepada kakek dan
neneknya.
Miris, melihat perkembangan zaman yang
terlihat maju tetapi pada hakikatnya justru semua mengaami kemunduran secara
perlahan-lahan, bagaimana tidak ketimpangan peran sosial di masyarakat telah
jelas terlihat, wanita yang seharusnya jadi tulang rusuk kini menjadi tulang
punggung. Suami yang seharusnya bekerja banting tulang setiap hari, kini hanya
ongkang-ongkang kaki dirumah.
Ada juga kasus TKW di luar negeri,
pulang ke tanah air anaknya tidak terurus . eh..suaminya malah kawin lagi,
aduh...jika sudah seperti ini baru deh seorang wanita sadar diri, bahwa mencari
nafkah dengan meninggalkan anak apalagi suaminya, berjauhan selama
bertahun-tahun. Itu adalah perbuatan yang sangat salah, nasi udah menjadi
bubur, lalu Apakah seorang lelaki masih saja berfikfiran waras jika hasrat
biologisnya meminta untuk di penuhi, tetapi tidak ada istrinya sebagai lahan
bercocok tanamnya.
Marilah saudaraku..saya ingin mengajak
kepada seluruh wanita di dunia ini, untuk kembali memeluk buah hati kita, kita
peluk cium mereka hingga mereka menolak sendiri. Yah..tidak lama coba kita lihat
ketika si kecil telah memasuki jenjang sekolah menengah pertama, dia mulai malu
ketika harus di cium dan di peluk sang bunda.
Ini juga kesempatan buat kita, untuk
puas memeluk dan menciumnya. Buah hati kita, harapan kita dan segalanya di
hidup kita, pandang wajah polos tak berdosanya setiap saat, jangan kau abaikan
setiap kata yang keluar dari bibir mungilnya.
Bisa jadi kalimat-kalimat yang keluar
itulah titah tuhan, itulah petunjuk allah untuk kita hamba-hambanya yang sering
lalai padanya, jadikan kami orang-orang yang kembali kepadamu dalam keadaan
khusnul khotimah ya robb, dan kami telah
merampungkan tugas sebagai orangtua dengan baik, amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar