Nadanya
mulai terbata, dadaku pun ikut merasakan sesak, mendengar setiap kata yang
keluar dari mulutnya, yah..dia adalah seorang ibu yang menceritakan kisah hidup
yang menimpa dirinya.
“
anak itu adalah ujian untuk orangtuanya” begitu katanya, aku pun mulai seksama
mendengarkan. Aku pernah yah mba..anakku yang ketiga, ibu itu sebutlah namanya
bu cici, mulai mengungkapkan apa yang menjadi keresahan hatinya.
Dulu
dia bekerja dan di percaya oleh majikannya, pernah suatu ketika anakku mengidap
penyakit kista, dan sang majikan pun menyanggupi mengobati berapun biayanya. Karena
telah menganggap anakku sebagai keluarganya sendiri, aku bersyukur dan bahagia
ketika anakku bisa di percaya oranglain sedemikian
rupa. aku pun tidak lantas menyombongkan
diri, bahkan aku berkali-kali bilang padanya kalau amanah yang diberikan
majikanya harus di jaga dengan baik-baik, kian pun mengangguk dan mengiyakan
kata-kata ibunya.
Waktu
berjalan dan bu cici di kejutkan dengan kepulangan kian dengan seorang lelaki yang
mengantarnya pulang. Kaget..karena setahu bu cici anaknya itu berada di rumah
majikannya dan baik-baik saja, lalu kenapa tiba-tiba dia pulang bersama
laki-laki, beranglah bu cici.
Sebelumnya
sudah ada lelaki baik hati yang mau melamar kian, tetapi kian tolak karena dia
tidak menyukainya dan mungkin karena kian sudah menjalin hubungan dengan gatot,
bu cici sebetulnya sudah setuju dan merestui jika kian menikah dengan diko. Tetapi
mungkin gatot lebih menarik dia mata kian.
Hingga
akhirnya kian pun menikah dengan lelaki lain, bukan dengan diko ataupun gatot
kekasihnya yang pernah jalan berdua dengannya, entahlah apa sebabnya hingga
hubungan mereka harus kandas di tengah jalan, padahal sepertinya sudah sangat
dekat sekali, bahkan para tetangga juga mengira kian akan menikah dengan gatot.
Lelaki
yang berhasil mempersunting kian adalah nino, dan akad nikah pun di gelar lengkap
dengan perhelatannya, satu bulan kemudian bu cici melihat perubahan perut kian
yang semakin membuncit, tetapi tidak pernah berfikir macam-macam karena anakku
tidak mungkin berbuat demikian. apalagi berbuat yang melanggar norma agama, aku
telah mendidiknya sedari kecil kok, mustahil jika kian hamil, begitu yakin bu
cici dalam hati.
Apalagi
kian yang mempunyai riwayat penyakit kista, semakin membuat bu cici percaya
kalau itu adalah kista, kian pun tidak pernah bercerita apapun kepada bu cici. Hingga
suatu hari kian merasakan mulas yang amat sangat di perutnya, pak darmo suami
bu cici menyarankan agar kian di bawa ke bidan, bu cici pun membantah buat apa
kista kok di bawa ke bidan yah..ke dokter saja mungkin perlu tindakan operasi,
begitu fikir bu cici.
Pak
darmo dan bu cici pun akhirnya membawa kian ke rumah sakit dan pihak rumah
sakit langsung memasukan kian ke ruang bersalin, disitu tidak terbersit
sedikitpun bahwa kian itu hamil dan sekarang berada di ruang bersalin untuk melahirkan,
begitu bodohnya aku apa yah mba??? Begitu cerita bu cici sambil sesekali
menarik nafas dalam-dalam, aku faham bahwa itu adalah cobaan terberat dalam
hidupnya. Aku masih menyimak dengan mata mulai basah, merasakan perihnya hati
seorang ibu.
Setelah
beberapa saat, suster memanggil keluarga pasien dan mengucapkan selamat kalau
anak yang telah lahir berjenis kelamin perempun, astaghfirullah ya robb..dunia
ini seakan runtuh, bagai tersambar petir di siang bolong. Dan lunglai seketika tubuh bu cici, tak mampu berkata-kata apapun,
untuk melihat kian dan anak yang baru dilahirkannya saja bu cici enggan.
Seperti
orang yang kehilangan akalnya berhari-hari bahkan berbulan-bulan, perasaan malu,
sakit hati yang luar biasa, merasa di pecundangi anak sendiri dan entahlah
bagaimana aku menggambarkan perasaanku mba..begitu ceritanya, sesekali raut
mukanya berubah dan aku pun turut merasakan, dan merinding seketika tahu kalau
ternyata kian hamil bahkan sebelum menikah.
Dan
memang kian hamil bukan dengan nino suaminya, kian hamil dengan pria lain. Yah..mungkin
gatot kekasih kian. Tetapi gatot tidak mau bertanggungjawab, dan sungguh aku
malu dan aku pasrah, aku minta maaf kepada suami kian mba..bu cici mulai
bercerita kembali setelah meneguk air putih.
Aku
minta maaf dan aku pasrah jika seandainya nino mau menceraikan kian, bahkan aku
juga menyarankan nino untuk menikah lagi, aku ikhlas dan rela. Begitu kata bu
cici dengan nada yang masih menyesakkan dada setiap orang yang turut mendengar
kisahnya.
Aku
terlanjur malu, dan aku tidak tahu. Benar-benar tidak tahu dan seandainya aku
tahu tidak mungkin aku menikahkan kian dengan nino mba..aku hanya mengangguk-angguk
tanda faham, tetapi apa yang menjadi keputusan nino adalah sungguh bijaksana,
begitu aku memuji menantu bu cici.
Iya
mba akhirnya nino berkata, kalau dia mau melanjutkan hubungan ini dengan kian, tetapi
dengan satu syarat nino tidak mau merawat bayi yang bukan anaknya dan nino
memohon agar kejadian ini tidak sampai diketahui oleh keluarga nino.
Dan..sampai
hari ini bu cici cerita kepadaku keluarga nino pun tidak ada yang tahu kejadian
ini, anak perempuan yang telah di lahirkan dari hubungan terlarang kian dengan
lelaki entah itu siapa, disinyalir memang gatot. Tapi entahlah..bu cici juga
tidak bisa memastikan karena kian juga tidak berkata terus terang.
Bayi
perempuan itu kini di asuh oleh oranglain yang tidak punya anak, duh..kasihan
sekali yah. Pernah suatu ketika bu cici mengunjungi cucunya itu, hatinya sedih
melihatnya..tetapi entahlah ada kebencian ada rasa sakit di lubuk hatinya, dan
biarlah allah yang maha membolak-balikkan hati, menjadikan hati ini tenang dan
kuat menjalani ujian ini. Begitu harapan bu cici kala itu.
Waktu
berjalan dan kini kian dan nino telah menikah ulang, karena memang begitulah
seharusnya. Seorang perempuan hamil itu tidak boleh dinikahi kecuali menunggu
anaknya lahir. Dan ninopun mengucapkan ijab kabul untuk yang kedua kalinya,
kini mereka telah dikaruniai dua orang anak, bu cici pun telah melupakan
kejadian dan tidak berusaha membuka luka lama itu kembali.
Bagi
bu cici jika kejadian itu adalah sebuah sinetron kisahnya kini telah usai dan
tamat, dan kebersamaan kian dengan nino pun bahagia. Wallahu a’alam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar