Senin, 10 April 2017

Bahagialah wahai perempuan..


Seorang perempuan salah satu teman saya curhat, tentang keluh kesahnya menjadi seorang ibu. Seorang ibu bekerja yang tinggal bersama ibu mertua dan suaminya. jauh dari orangtua sendiri membuat hidupnya bertambah kacau, belum lagi perasaan rendah diri yang dia miliki, turut menyumbang level kegalauannya.
Singkat cerita dia buat status di wall fecebooknya, saya turut berkomnetar dan sok memberikan masukan gitu deh.. "aku butuh seorang psikiater mba" begitu katanya, wah..stres berat ini begitu fikir saya kemudian. Lalu saya ajaklah dia ngobrol lewat  whattsapp, akhirnya kita pun berbincang tidak lama memang, hanya pointnya saja yang dia katakan.
Bahwa sebagai seorang ibu tidak selayaknya dia memarahi anak, hingga kadang sampai dia pun menangis sendiri, ketika menyadari apa yang di lakukanya adalah suatu kesalahan, bahkan dia menganggap bahwa ini adalah kesalahan yang teramat besar dan fatal yang seharusnya tidak dialakukan oleh seorang ibu kepada anaknya. saya jadi teringat nasihat suami "kita boleh kok jewer anak, tetapi kita niatkan yang kita jewer perilakunya yang kurang baik" meleleh saya ketika mendengar nasihat itu, aduh..lebay yah..
Dari obrolan singkat ini saya berfikir, begitu mudahnyakah seorang perempuan berputus asa, merasa dirinya tidak berguna, rendahan dan label-label lain yang tidak sadar dia sematkan justru membuat dirinya semakin lemah dan tidak percaya diri.
Awalnya saya pun pernah merasakan hal demikian, dan kata suami kadang kondisi itu ada pada diri saya, dengan kata lain “kumat” menganggap diri tidak bergunalah, rendahlah, aduh..buang jauh-jauh deh.
Tanpa kita sadari pula sebagai seorang perempun, hai..perempuan dengarkan aku. baik-baik..bahwa lelakimu atau suamimu itu menyukai dirimu yang smart. Yah...dirimu yang senantiasa tersenyum bahagia, berprestasi, dengan sumringah dan hati yang lapang pula ketika membersamai si kecil juga suami tercinta.
Stres juga yang dirasakan suami, jika kita sebagai istri cemberut, bermuka masam kayak jeruk nipis..tuh..rasain kecutnya dimulut..hehehe jikalau kita tidak segera menyadari diri dan membiarkan kita terlarut, aduh..sayang sekali jika itu yang akhirnya terjadi.
Ayo bangkit...jadilah perempuan yang bahagia, jadilah perempuan yang bangga ketika kalian sudah menjadi seorang ibu, lihatlah wajah polos si kecil dengan segala tingkah polah khas anak-anak, amati dengan sepenuh hati dan sepenuh cinta kasih murni kita sebagai seorang ibu.
Yakinlah bahwa yang tumbuh kemudian adalah rasa bangga yang tak berkesudahan, kemudian kita isi hati kita dengan hal-hal yang positif, kita bermanja dengan suami, itu pun merupakan ladang pahala untuk kita, yang akan emmbuat kita bahagia menjalani kehidupan ini.
Begitu mudah kebahagiaan itu hadir dalam kehidupan ini, tetapi seringnya seorang perempuan lupa bahwa dirinya sungguh berharga, apakah ini semua karena adanya faham kesetaraan gender??? Perempuan merasa tidak berguna ketika tidak ikut serta berperan dalam ranah publik???Entahlah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar