Seorang perempuan salah satu teman saya curhat, tentang keluh kesahnya menjadi seorang ibu. Seorang ibu
bekerja yang tinggal bersama ibu mertua dan suaminya. jauh dari orangtua
sendiri membuat hidupnya bertambah kacau, belum lagi perasaan rendah diri yang dia
miliki, turut menyumbang level kegalauannya.
Singkat cerita dia buat
status di wall fecebooknya, saya turut berkomnetar dan sok memberikan masukan gitu deh.. "aku butuh seorang psikiater mba" begitu katanya, wah..stres berat ini begitu fikir saya kemudian. Lalu saya ajaklah dia ngobrol
lewat whattsapp, akhirnya kita pun
berbincang tidak lama memang, hanya pointnya saja yang dia katakan.
Bahwa sebagai seorang
ibu tidak selayaknya dia memarahi anak, hingga kadang sampai dia pun menangis
sendiri, ketika menyadari apa yang di lakukanya adalah suatu kesalahan, bahkan
dia menganggap bahwa ini adalah kesalahan yang teramat besar dan fatal yang
seharusnya tidak dialakukan oleh seorang ibu kepada anaknya. saya jadi teringat nasihat suami "kita boleh kok jewer anak, tetapi kita niatkan yang kita jewer perilakunya yang kurang baik" meleleh saya ketika mendengar nasihat itu, aduh..lebay yah..
Dari obrolan singkat
ini saya berfikir, begitu mudahnyakah seorang perempuan berputus asa, merasa
dirinya tidak berguna, rendahan dan label-label lain yang tidak sadar dia sematkan justru membuat dirinya semakin lemah dan tidak percaya
diri.
Awalnya saya pun pernah
merasakan hal demikian, dan kata suami kadang kondisi itu ada pada diri
saya, dengan kata lain “kumat” menganggap diri tidak bergunalah,
rendahlah, aduh..buang jauh-jauh deh.
Tanpa kita sadari pula
sebagai seorang perempun, hai..perempuan dengarkan aku. baik-baik..bahwa lelakimu atau
suamimu itu menyukai dirimu yang smart. Yah...dirimu yang senantiasa tersenyum
bahagia, berprestasi, dengan sumringah dan hati yang lapang pula ketika membersamai si kecil
juga suami tercinta.
Stres juga yang
dirasakan suami, jika kita sebagai istri cemberut, bermuka masam kayak jeruk
nipis..tuh..rasain kecutnya dimulut..hehehe jikalau kita tidak segera menyadari
diri dan membiarkan kita terlarut, aduh..sayang sekali jika itu yang
akhirnya terjadi.
Ayo bangkit...jadilah
perempuan yang bahagia, jadilah perempuan yang bangga ketika kalian sudah
menjadi seorang ibu, lihatlah wajah polos si kecil dengan segala tingkah polah khas
anak-anak, amati dengan sepenuh hati dan sepenuh cinta kasih murni kita sebagai
seorang ibu.
Yakinlah bahwa yang
tumbuh kemudian adalah rasa bangga yang tak berkesudahan, kemudian kita isi
hati kita dengan hal-hal yang positif, kita bermanja dengan suami, itu pun
merupakan ladang pahala untuk kita, yang akan emmbuat kita bahagia menjalani kehidupan ini.
Begitu mudah kebahagiaan
itu hadir dalam kehidupan ini, tetapi seringnya seorang perempuan lupa bahwa
dirinya sungguh berharga, apakah ini semua karena adanya faham kesetaraan
gender??? Perempuan merasa tidak berguna ketika tidak ikut serta berperan dalam
ranah publik???Entahlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar