Jumat, 10 Maret 2017

Airmata Aida di pagi hari


Seperti biasa aida seusai subuh menyiapkan segala keperluan suaminya yang akan berangkat ke kantor, sembari beberes rumah aida juga membuatkan secangkir kopi hitam kesukaan suaminya. Kebiasaan yang mereka lakukan patut menjadi contoh, pasalnya suami ada selalu mencium kening aida setiap berangakat atau pulang dari bekerja,setalah aida berpamitan dan mencium tangan suaminya, maka suami aida akan berbalik mencium kening aida, tidak lupa mencium pipi kanan dan kiri aida  dan untuk sesaat mereka berpelukan, duh...romantisnya..hal itu mereka lakukan hampir setia hari, bahkan sehari dua kali ketika pagi menjelang suaminya berangkat dan di petang hari ketika suaminya pulang dari kantor, ada aliran rasa bahagia ketika mereka berdua saling berpelukan untuk bebrapa saat, aida adalah sosok istri yang pendiam serta setia kepada suaminya. Setelah dia menikah dengan dika tidak pernah aida mengenal lelaki lain selain dika suaminya, kalau aida pernah berinteraksi dengan teman lawan jenis paling hanya sekedar saja, dan itu pun tidak sering biasanya hanya karena ada hal yang penting saja, tetapi pagi ini tidak seperti biasanya, setelah menikmati sarapan pagi segelas kopi hitam dan roti yang dengan penuh cinta istrinya sajikan, dika pun berpamitan, dengan terlebih dahulu aida mencium lembut tangan suaminya, yah...tangan inilah yang bekerja keras dengan keikhlasan sepenuh hati setiap hari, demi mewujudkan seulas senyum di wajah istri dan anak-anaknya. Selalu dengan takdim dan rangkaian do’a aida ucapkan dalam hati, agar suaminya senantiasa di berikan kemudahan dalam mencari rizkinya, di berikan keikhlasan hati yang maha luas dan kesabaran di setiap ujian-ujian hidup yang dia jalani, dika pun kini berbalik mencium kening dan pipi aida serta untuk sesaat mereka berpelukan, entah kenapa hari ini ketika mereka untuk sejenak menyatukan tubuh mereka untuk merasakan aliran hangat yang merasuk perlahan menelusuri aliran darah mereka, aida tiba-tiba menangis di dada lebar suaminya, dan untuk beberapa saat pula aida tidak ingin melepaskan pelukan dika, ketika dika mendorong tubuh aida dengan lembut pun dengan lembut pula aida menarik tubuh kekar itu untuk tetap beradu dengan tubuhnya, bulir-bulir itu semakin deras mengalir, tapi sekarang bukan waktunya untuk nangis bersama dan bukan waktu yang tepat juga buat dika untuk menanyakan perihal tangisannya, pukul 06.45 WiB dika harus segera pergi meninggalkan rumahnya menuju tempat kerja, setelah berpamitan juga dengan si kecil bani yang baru berusia 4 tahun, kadang masih malas-malasan ketika di ajak salaman sama ayahnya, giliran ayahnya sudah mau tancap gas...eh..dia nyelonong katanya mau salaman, aduh...dasar anak-anak.
Begitulah hari demi hati mereka lalui dengan penuh cinta dan rasa beryukur, karena memiliki pasangan yang saling mengerti satu sama lain, saling pengertian dan tidak mencela serta saling setia, jika beberapa kali mereka penah tidak sefaham sebisa mungkin mereka selesaikan dengan kepala dingin hingga tidak ada yang terluka hatinya, aida selalu memperhatikan kebutuhan suaminya, istri yang juga patut menjadi contoh semua wanita selain kecintaanya terhadap suami dan anaknya,  aida pun pandai menjaga rumah sehingga menjadi nyaman ketika penghuninya berada di dalamnya.

Aida kini sedang mengandung anak kedua, walapun demikian tidak menyurutkanya untuk tetap beraktifitas bahkan mencuci baju dengan menggunakan tangan seperti pagi ini, karena memang mesin cuci belum bisa mereka beli, aida pun setiap hari berusaha menyisihkan uang belanja, agar kelak di rumahya ada mesin yang membantunya mencuci baju, bukan latah mengikuti tetangga-tetangganya yang sebagian besar telah meggunakan mesin cuci, tetapi lebih agar  kebersamaanya dengan anak-anak menjadi berkualitas dan supaya aida tidak terlalu kecapean lagi. Apalagi ketika nanti anak kedua sudah lahir pasti lebih repot, karena anak pertama mereka yang baru berusia 4 tahun masih butuh perhatian ekstra juga dari orangtuanya, aida sadar bahwa setiap hari waktunya lebih banyak membersamai anak-anak, dan tidak ingin waktu kebersamaannya dengan anak-anak menjadi tidak berkualitas karena terlalu bersibuk ria dengan perkajaan rumah yang tiada habisnya, dibanding dengan suaminya memang aida yang sering bersinggungan dengan anak-anaknya dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, karena memang aida hanya sebagai ibu rumah tangga biasa saja, setelah gelar magister resmi aida sandang pada tahun 2012 silam aida tidak pernah berfikir untuk langsung bekerja karena aida ingin segera menikah dan mempunyai anak, nantinya dia akan berkarir atau tetap dirumah biarlah menjadi kesepakatan antara dia dan suaminya, begitu fikir aida kala itu. dan suaminya menginginkan aida dirumah saja mengurus rumah  anaknya, aida dengan senang hati menjalani peran  barunya sebagai ratu rumah tangga, pernah sekali waktu aida juga cemburu melihat temen-temannya, ada yang sudah berhasil jadi dosen, aja juga yang kini melanjutkan S3. Ada yang kuliah keluar negeri kemudian menikah dengan orang kaya raya. Tapi ah..sudahlah takdir orang itu  masing-masing, takdir ku juga bukanlah takdir yang  harus aku ratapi dna tangisi justru disini aida setiap hari merawat anaknya dengan keikhlasan hati, setiap pagi menyiapkan segala keperluan suaminya, memasak menyapu dan sederet pekerjaan rumah tangga lainnya, belum lagi tingkah polah si kecil yang kadang membuat aida harus menarik nafas berkali-kali, bagimana tidak mainan yang sudah di bereskan di bongkar lagi, pernah jug bani duduk di cucian yang teah kering dan bani pipis disana, duh...duh...kebayangkan gimana enggapnya aida saat di hamil seperti sekarang ini tetapi segalanya dia kerjakan sendiri tanpa bantuan seorang pembantu, bagi aida inilah ladang pahalanya. Yah..aida bahagia menjalani semuanya dan aida pun bangga menjadi seorang ibu dari putra yang lincah , aktif dan sehat seperti bani dan kini juga aku sedang berjuang seperti mereka juga yang bekerja di pemerintah dan swasta mereka berjuang untuk meraih target-target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Aku sedang berjuang meraih syurganya, ujar aida dalam hati ketika mengakhiri shalat dhuhanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar