Seperti biasa aida
seusai subuh menyiapkan segala keperluan suaminya yang akan berangkat ke
kantor, sembari beberes rumah aida juga membuatkan secangkir kopi hitam
kesukaan suaminya. Kebiasaan yang mereka lakukan patut menjadi contoh, pasalnya
suami ada selalu mencium kening aida setiap berangakat atau pulang dari
bekerja,setalah aida berpamitan dan mencium tangan suaminya, maka suami aida
akan berbalik mencium kening aida, tidak lupa mencium pipi kanan dan kiri
aida dan untuk sesaat mereka berpelukan,
duh...romantisnya..hal itu mereka lakukan hampir setia hari, bahkan sehari dua
kali ketika pagi menjelang suaminya berangkat dan di petang hari ketika
suaminya pulang dari kantor, ada aliran rasa bahagia ketika mereka berdua
saling berpelukan untuk bebrapa saat, aida adalah sosok istri yang pendiam
serta setia kepada suaminya. Setelah dia menikah dengan dika tidak pernah aida
mengenal lelaki lain selain dika suaminya, kalau aida pernah berinteraksi
dengan teman lawan jenis paling hanya sekedar saja, dan itu pun tidak sering biasanya
hanya karena ada hal yang penting saja, tetapi pagi ini tidak seperti biasanya,
setelah menikmati sarapan pagi segelas kopi hitam dan roti yang dengan penuh
cinta istrinya sajikan, dika pun berpamitan, dengan terlebih dahulu aida mencium
lembut tangan suaminya, yah...tangan inilah yang bekerja keras dengan
keikhlasan sepenuh hati setiap hari, demi mewujudkan seulas senyum di wajah
istri dan anak-anaknya. Selalu dengan takdim dan rangkaian do’a aida ucapkan
dalam hati, agar suaminya senantiasa di berikan kemudahan dalam mencari
rizkinya, di berikan keikhlasan hati yang maha luas dan kesabaran di setiap
ujian-ujian hidup yang dia jalani, dika pun kini berbalik mencium kening dan
pipi aida serta untuk sesaat mereka berpelukan, entah kenapa hari ini ketika
mereka untuk sejenak menyatukan tubuh mereka untuk merasakan aliran hangat yang
merasuk perlahan menelusuri aliran darah mereka, aida tiba-tiba menangis di
dada lebar suaminya, dan untuk beberapa saat pula aida tidak ingin melepaskan
pelukan dika, ketika dika mendorong tubuh aida dengan lembut pun dengan lembut
pula aida menarik tubuh kekar itu untuk tetap beradu dengan tubuhnya,
bulir-bulir itu semakin deras mengalir, tapi sekarang bukan waktunya untuk
nangis bersama dan bukan waktu yang tepat juga buat dika untuk menanyakan perihal
tangisannya, pukul 06.45 WiB dika harus segera pergi meninggalkan rumahnya
menuju tempat kerja, setelah berpamitan juga dengan si kecil bani yang baru
berusia 4 tahun, kadang masih malas-malasan ketika di ajak salaman sama
ayahnya, giliran ayahnya sudah mau tancap gas...eh..dia nyelonong katanya mau
salaman, aduh...dasar anak-anak.
Begitulah hari demi
hati mereka lalui dengan penuh cinta dan rasa beryukur, karena memiliki
pasangan yang saling mengerti satu sama lain, saling pengertian dan tidak
mencela serta saling setia, jika beberapa kali mereka penah tidak sefaham
sebisa mungkin mereka selesaikan dengan kepala dingin hingga tidak ada yang
terluka hatinya, aida selalu memperhatikan kebutuhan suaminya, istri yang juga
patut menjadi contoh semua wanita selain kecintaanya terhadap suami dan anaknya,
aida pun pandai menjaga rumah sehingga
menjadi nyaman ketika penghuninya berada di dalamnya.
Aida kini sedang
mengandung anak kedua, walapun demikian tidak menyurutkanya untuk tetap
beraktifitas bahkan mencuci baju dengan menggunakan tangan seperti pagi ini, karena
memang mesin cuci belum bisa mereka beli, aida pun setiap hari berusaha menyisihkan
uang belanja, agar kelak di rumahya ada mesin yang membantunya mencuci baju,
bukan latah mengikuti tetangga-tetangganya yang sebagian besar telah meggunakan
mesin cuci, tetapi lebih agar kebersamaanya dengan anak-anak menjadi
berkualitas dan supaya aida tidak terlalu kecapean lagi. Apalagi ketika nanti anak
kedua sudah lahir pasti lebih repot, karena anak pertama mereka yang baru
berusia 4 tahun masih butuh perhatian ekstra juga dari orangtuanya, aida sadar
bahwa setiap hari waktunya lebih banyak membersamai anak-anak, dan tidak ingin
waktu kebersamaannya dengan anak-anak menjadi tidak berkualitas karena terlalu
bersibuk ria dengan perkajaan rumah yang tiada habisnya, dibanding dengan
suaminya memang aida yang sering bersinggungan dengan anak-anaknya dari bangun
tidur sampai mau tidur lagi, karena memang aida hanya sebagai ibu rumah tangga
biasa saja, setelah gelar magister resmi aida sandang pada tahun 2012 silam
aida tidak pernah berfikir untuk langsung bekerja karena aida ingin segera
menikah dan mempunyai anak, nantinya dia akan berkarir atau tetap dirumah
biarlah menjadi kesepakatan antara dia dan suaminya, begitu fikir aida kala
itu. dan suaminya menginginkan aida dirumah saja mengurus rumah anaknya, aida dengan senang hati menjalani
peran barunya sebagai ratu rumah tangga,
pernah sekali waktu aida juga cemburu melihat temen-temannya, ada yang sudah
berhasil jadi dosen, aja juga yang kini melanjutkan S3. Ada yang kuliah keluar
negeri kemudian menikah dengan orang kaya raya. Tapi ah..sudahlah takdir orang
itu masing-masing, takdir ku juga
bukanlah takdir yang harus aku ratapi
dna tangisi justru disini aida setiap hari merawat anaknya dengan keikhlasan
hati, setiap pagi menyiapkan segala keperluan suaminya, memasak menyapu dan
sederet pekerjaan rumah tangga lainnya, belum lagi tingkah polah si kecil yang
kadang membuat aida harus menarik nafas berkali-kali, bagimana tidak mainan
yang sudah di bereskan di bongkar lagi, pernah jug bani duduk di cucian yang teah
kering dan bani pipis disana, duh...duh...kebayangkan gimana enggapnya aida
saat di hamil seperti sekarang ini tetapi segalanya dia kerjakan sendiri tanpa
bantuan seorang pembantu, bagi aida inilah ladang pahalanya. Yah..aida bahagia
menjalani semuanya dan aida pun bangga menjadi seorang ibu dari putra yang
lincah , aktif dan sehat seperti bani dan kini juga aku sedang berjuang seperti
mereka juga yang bekerja di pemerintah dan swasta mereka berjuang untuk meraih
target-target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Aku sedang berjuang meraih
syurganya, ujar aida dalam hati ketika mengakhiri shalat dhuhanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar