Masih teringat jelas ketika
awal kita bertemu, kala itu kita sama-sama masih menjadi mahasiswa, dia adalah
laki-laki yang rajin merawat dirinya, wajahnya selalu dia beri pelembab, juga
tangan dan kakinya selalu dia olesi dengan lotion. ketika sepulang kuliah
wajahnya kotor pasti di cuci dengan sabun muka khusus laki-laki, karena mukanya
memang agak berminyak. Sehingga wajahnya
bersih serta kulit putih pun senantiasa menghiasi dirinya yang pendiam itu, Shalat
pun hampir tepat waktu karena dahulu laki-laki ini pernah tinggal di mushola
bersama beberapa temannya sesama mahasiswa, kalau tidak salah semester 5 dia
mulai tinggal di mushola hingga lulus kuliah.
Tapi sekarang kulit
putih dan segala tetek bengek perawatan yang pernah dia lakukan tidak pernah
sama sekali dia lakukan, yah..paling sesekali dan itu tidak rutin seperti
dahulu ketika dia masih sendiri, mungkinkah alasannya karena sudah menikah? Tidak
punya waktu atau tidak sempat memikiran diri sendiri barangkali. mungkin tepatnya
seperti itu, karena hari-harinay kini dia habiskan untuk bekerja dan bekerja, dan
hampir setiap hari berangkat pagi pulang sudah petang menjelang maghrib,
bagaimana mungkin dia punya waktu untuk merawat dirinya, kini kulitnya telah
hitam legam. Yah...dulu aku pun tidak yakin apakah laki-laki ini tipe orang
yang mau bekerja keras, lihat saja dari warna kulitnya. Putih bersih, dan
mungkin dengan warna kulitku saat itu masih kalah sama warna putih kulitnya,
hehehe lucu juga jika mengingat masa-masa itu.
Lelaki itu kini duduk
disampingku makan malam hanya dengan lauk kerupuk yang aku beli tadi siang, tapi dia makan begitu lahapnya apa karena seharian dia belum makan kali yah?
hanya itu lauk yang bisa dia makan karena siang tadi aku tidak masak, si kecil
hanya aku gorengkan telor saja, pagi telor dadar siang telor ceplok dan sore nasi
sama kerupuk saja, buka pelit atau tidak mau modal dikit, bahkan di perutku
kini ada sosok yang perlu asupan nutrisi yang jauh lebih banyak juga, tapi
apalah daya lemas, mual dan muntah dari beberapa hari yang lalu tak kunjung
pergi juga, padahal dulu waktu hamil pertama tidak pernah merasakan apapun, bahkan
mual dan muntah pun tidak sama sekali. Kata orang-orang sih hamil itu harus
bahagia, jadi tidak merasakan mual muntah dan ini itu, apa iya aku tidak
bahagia?? .
Kenapa sayang??? suara
lelaki itu membangunkanku dari lamunan, yah...lelaki itu adalah suamiku, lelaki
yang berkulit putih itu adalah suamiku dan sekarang kulitnya telah berubah
menjadi legam karena ini adalah bukti bahwa lelaki pekerja keras, terbukti
sudah keraguanku dulu ketika berfikir apakah lelaki ini mau yah..bekerja keras
dan jawabannya, luar biasa...dia adalah suami yang luar biasa, bersyukur tuhan
memilihkan dia untukku untuk menjadi imamku untuk menyayangiku, untuk
mengimbangi sifat kerasku dengan kesabarannya yang tiada batas, “ eh...ditanya
kok tidak jawab sih? Suamiku bertanya untuk kedua kalinya, aku mencoba
menghadapkan wajahku dengan nada datar dan cemas aku balik bertanya “ apa
menurut abah..aku tidak bahagia dengan kehamilanku?? Ku palingkan wajahku
kembali sembari meneguk sedikit air yang ada di gelas, “ eh..siapa yang bilang
begitu umi??? Kalau seorang wanita sedang hamil itu artinya dia sedang di bei
kemuliaan oleh allah SWT. Jangan bersedih bersyukur dan bersabar yah
sayang...jika ada hal-hal yang kurang mengenakan di hati coba buka mushafnya di
baca kemudian jika umi mau..baca juga tuh terjemahannya. Begitu kata suamiku
yang memang sangat menghargai seorang wanita, bahkan ibunya juga sangat dia
junjung tinggi kehormatannya, sungguh lelaki yang luar biasa. Dulu juga aku
sempat bertanya-tanya ketika pernikahan belum menyatukan kita, waktu kita
sama-sama masih kuliah dan dia bercerita tentang ibunya dengan perasaan bangga
luar biasa, hingga aku sempat juga bertanya-tanya seperti apa sih ibunya, dan
terjawab sudah sekarang, memang ibunya itu adalah seorang wanita yang luar
biasa juga, walaupun hidup dalam kesederhanaan tetapi itu tidak mengurangi rasa
kasih sayang serta keikhlasan mendidik anak-anaknya. “ umi sayang...” suamiku
memanggil dan aku pun agak terkejut. “ kok umi...sekarang kayaknya sering
melamun sih abah lihat, hayoo...ada apa? Cerita dong sama abah, barangkali abah
bisa bantu” begitu katanya berusaha mengerti apa yang aku rasakan berbeda
dengan aku yang kadang masih saja acuh ketika dia membawa beban pekerjaan
kerumah, ah...memang masih butuh introspeksi diri. tidak ingin lelaki yang
sangat aku sayangi ini menunggu, aku pun menyahut “ iya..abah..kata orang-orang
kalau kita hamil itu harus bahagia, “ oh...yah betul itu..emang kenapa?kata
suamiku. “apa iyah.. yang menyebabkan aku mual muntah setiap hari ini karena
aku tidak bahagia menjalani kehamilanku kali ini, padahal dulu waktu hamil anak
pertama kan tidak seperti ini? Aku berusaha mengungkapkan apa yang aku rasakan.
“ begini sayang...gejala mual dan muntah yang di alami ibu hamil itu wajar,
bukan karena dia tidak bahagia dengan kehamilanya terus dia mual muntah,
ah...itu mitos..bahagia atau tidak, biasanya yang umum dialami oleh wanita hami
yah...mual muntah..itu wajar kok umi, udah tidak usah difikirkan. Dengan perlahan
suamiku menjelaskan dan berusaha menenangkanku, dan begitulah dia lelaki yang
aku sayang dan aku kagumi serta setiap do’aku berharap kelak biarlah
anak-anakku meniru kebaikan-kebaikan yang abahnya miliki, biarlah nantinya
jejak-jejak hidup yang dilalui suamiku dilalui juga oleh anak-anakku, “terimakasih
abah..kau telah menemaniku dengan sabar sampai saat ini, semoga allah ridhoi
perjalanan cinta suci kita hingga ke syurgaNYA kelak. Begitu aku menimpali
dengan nada serius , suamipun tak kalah serius “ mencium keningku dan menyapa
anak kedunya yang masih dalam perutku, kemudian kita berjalan bergantian menuju
kamar mandi untuk berwudhu dan shalat berjamah isya. Ya robb jika nanti Engkau ingin aku menjadi
saksimu, ketika hari pembalasan tiba sebagai
pemberat amal baik suamiku, maka aku pun
dengan sepenuh hati akan rela bersaksi bahwa dia adalah sosok suami yang
betanggungjawab, suami yang mempunyai kesabaran tiada batas ketika ujian-ujian
itu datang silih berganti dan dia adalah
suami yang sennatiasa ikhlas menjalani kehidupan ini, satu kalimat yang selalu
kau ucapkan “ ora popo ..mungkin saiki lakonku lagi di gawe ngene karo gusti
allah (tidak papa mungkin hidupku lagi di buat seperti ini sama gusti allah).
Hanya satu do’aku
selalu untuknya ya robb, tetapkanlah kesabaran dan keikhlasan di dalam dirinya,
selalu ingatkan dia padaMU dimanapun dia berada jadikan hatinya selalu dekat
denganMU, berilah kesehatan dan umur panjang untuk beribadah kepadaMU ya robb,
amin. Aku mengusap wajahku dengan kedua telapak tanganku mengakhiri doa’aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar