Seorang bayi yang lahir
suci tanpa noda dan dosa, betumbuh dengan sempurna dengan di hujani derasnya cinta
dan kasih sayang orangtuanya, ketika ibu dengan menitikan air mata melihatmu
telah lahir di dunia dan kini kau berada di dekapannya, oh...betapa sempurna
hidupnya sebagai seorang ibu, rasa penat saat akan melahirkanmu, kontraksi
hebat berkali-kali yang membuatnya hampir menyerah, hilang bak kapas yang
tertiup angin, karena dia melihatmu menangis..yah..menangis..dan itu adalah
kebahagiaan yang luar biasa yang pernah seorang ibu rasakan, dan ketika kini
kau telah duduk disampingnya masih dengan tingkah polahmu yang lucu dan
menggemaskan. ibu bertanya
Ibu :
kakak nanti kalau punya adik maunya cowok apa cewek?? Tanya mama
Anto : aku...maunya cowok ajalah. (Dengan wajah
super yakin)
Ibu : kenapa? Ngga cewek aja eh..cewek
ajalah...(begitu kata mama)
Anto : berfikir agak lama, akhirnya dia menjawab
sebab...biar bisa makan..
Mama :@34%^$^*)&%@%&)???
Lucunya dirimu
nak...ketika kau ditanya tentang sesuatu dan kau entah menjawab apa, dan waktupun
terasa cepat sekali berlalu ternyata sebulan lagi kau akan menikah dan
meninggalkan ibumu yang semakin tua ini, ratih masih saja menatap sayu foto
anaknya semasa kecil. Bukan dia ingin menghalangi pernikahan putranya dengan
gadis yang berdomisili jauh dari tempat tinggalnya, ah..atau memang mungkin
karena alasan itu juga ratih masih berfikir dan terus berfikir, apakah nanti
menantuku mau tinggal disini bersamaku? Di gubuk tua yang reot ini? Katanya lirih,
ternyata kalimatnya di dengar pak tafsir suaminya. Dengan lembut pak tafsir menjelaskan
bahwa “sudah menjadi kewajiban orangtua untuk menikahkan anaknya bu, bukankah
ibu juga tahu 3 kewajiban utama orangtua terhadap anaknya yakni pertama
memberikan nama yang baik, menyekolahkan dan yang terakhir menikahkan, ibu jangan bersedih seperti ini nanti anto
jadi beban jika tahu ibunya seperti ini, sembari mengusap air mata di pipi
tuanya bu ratih pun melihat ke arah suaminya, dan di berkata “ iya pak..ibu
masih ingat dan itu memang kewajiban yang harus kita tunaikan demi kebahagiaan
anak kita, dan semoga wanita yang menjadi istrinya nanti juga menyayangi kita
yah pak, seperti anto sangat menyayangi kita, insyallah bune...pak tafsir
menimpali dengan penuh keyakinan.
Ketika anto kecil dulu,
waku itu jam makan siang. Di meja telah tersaji nasi jagung yang masih mengepul
asapnya serta bakaran ikan asin di piring yang tidak seberapa serta ada lauk
urab untuk melengkapi menu makan siang, tetapi anto ngambek tidak mau makan
katanya dia mau makan nasi beras saja, akhirnya ibu mencarikan beras dahulu
untuk di buatkan nasi buat anto karena
dia seharian belum makan, di lain kesempatan ibu menyembelih ayam yang telah
lama di peliharanya karena anto pulang dari pondok pesantren ibu pun berusaha memberikan
lauk yang enak ketika anak-anaknya dirumah, dan lagi-lagi anto pun menolak jika
tidak di beri paha ayam, duh...dasar anak ini kalau masalah makan itu selalu
wikinan (pilihan), seulas senyum tersungging di wajah tuanya. Ketika menceritakan
kebiasaan anaknya anto sewaktu kecil kepada menantunya, yah..setahun sudah anto
menikah dengan zulaikha gadis cantik dan juga baik hati. Dengan sepenuh hati
zulaikha pun menyayangi bu ratih dan pak tafsir seperti orangtuanya sendiri, Anak
pertama lahir tepat di bulan mei 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar