Seperti yang sudah
lazim kita dengar, bahwa kesetaraan gender sedang di gaungkan dimana-mana, sebagai
seorang wanita yang notabene ingin mendapatkan penghargan lebih tentunya berita
ini menjadi angin segar dan menjadi motor penggerak yang paling utama untuknya,
untuk tetap berusaha menunjukan apa yang dia mampu, tentu saja semua di tunjukan
di ranah publik, sekarang ini tidak mengherankan jika seorang perempuan bekerja
di luar tumah dengan bangganya. Bahkan mereka rela meninggalkan anak-anaknya
demi eksistensinya di luar rumah, sekarang ini banyak perempuan yang salah kaprah mengartikan kesetraan gender itu sebagai
kesetaraan peran yang harus di dapatkan oleh seorang wanita dan seakan ingin
menunujukan bahwa seorang perempuan bisa sejajar dengan kaum laki-laki, tetapi
ketika kita menganut agama islam, islam telah mengatur hubungan antara
perempuan dan laki-laki dengan sedemikuan rupa, bahkan hari ini pun hukum yang
berlaku masih relevan sampai kapanpun, karen dasar hukumnya yakni dari Al-qur’an
dan hadist nabi muhammad SAW. arus
globalisasi yang kian deras mengalirkan berbagai informasi-informasi yang kita
pun kadang seakan tidak bisa membendungnya, salahnya lagi ketika kita tidak
pernah mengkonfirmasi kebernaran dari berita-berita yang kita dapatkan misalnya
lewat media sosial.
Hari gini ada tidak sih
manusia yang tidak pegang smart phone? ada..mungkin bisa di hitung jari..
Selebihnya setiap hari mereka berkutat dengan smart phone dan kadang abai juga
terhadap kewajibannya sebagai seorang muslin dan muslimah, misalnya saja shalat
5 waktu. Di tengah hirup pikuk kehidupan yang emnuntut manusia memenuhi segala
kebutuhan materi sampai-sampai melalikan apa yang menjadi kewjibannya sebagai
makhluk bertuhan, apalagi utntuk seorang perempuan bahwa diantara 4 pintu surga
yang allah janjikan kepada seorang perempuan yang pertam yakni shlat 5 waktu,
kemudian di susul dengan ketaatan kepada suami, berpuasa di bulan ramadhan dan
perempuan yang sennatiasa menyejukkan pandangan. wanita dalam islam sungguh di
muliakan oleh allah, tapi kadang kita sebagai wanita sendiri tidak memahami hal
tersebut, apalagi dengan adanya faham feminisme ketika kita hanya berdiam diri
dirumah tidak menunjukan eksistensi kita di ranaha publik kita merasa menjadi
orang kedua atau menjadi sub ordinat atau menjadi orang yang tidak berguna.
Padahal allah telah
jelas menerangkan tentang pentingnya ketaatan seorang istri kepada suaminya,
semua tertuang dalam surat an-nisa ayat 34
”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”(Q.S an-nisa
ayat 34)
Jika dikaitkan dengan faham feninisme
yang berkembang, seakan-akan aturan allah itu bertentangan dengan modernisasi
yang terjadi sekarang ini, wanita ingin eksis dan menunjukna dirinya. bahwa dia
mampu melakukan apa yang di lakukan oleh kaum pria, tapi justru hukum islam
menginginkan seorang wanita taat kepada suaminya. Bahkan kadang-kadang disisi
lain seorang wanita sampai melupakan kodratnya sebagai perempuan, apalagi yang
sudah menikah dan emmpunyai anak. Meraka kadang karena ingin eksis dan di akui
keberadaannya di ranah publik, sehingga mereka rela menggadaikan cinta kasih
yang murni di dalam hatinya hanya untuk sebuah karier.
Ayolah..wahai perempuan
kita merenung, kita kembali ke aturan yang telah allah buat untuk kita para
wanita, ketaatan kita kepada suamii itu
bukan untuk merendahkan diri kita sebagai seorang perempuan, bukan seperti ibarat
kita sebagai seorang bawahan hanya berdiam diri menunggu perintah atasan dalam
hal ini suami, tidak hai..perempuan. lelaki kita telah berusaha menerima kita
apa adanya, mereka ingin kita tetap disini menemaninya menghiburnya mengyejukan
hatinya, tetapi ketika kau pun ingin berkarir dan eksis di ranah publik, apa
dia melarangmu?tidak..jawabannya memang tidak, walau kebanyakan yang lain
menjawab iyah...dan keberatan jika istrinya harua bekerja banting tulang setiap
hari, padahal kewajiban mencari nafkah itu adalah kewajiban seorang suami, bukan
kewajiban seorangistri.
Jadilan istri yang taat, Istri yang taat adalah istri yang mengetahui
kewajibannya dalam agama untuk mematuhi suaminya dan menyadari sepenuh hati
betapa pentingnya mematuhi suami. Istri harus selalu menaati suaminya pada
hal-hal yang berguna dan bermanfaat, hingga menciptakan rasa aman dan kasih
sayang dalam keluarga agar perahu kehidupan mereka berlayar dengan baik dan
jauh dari ombak yang membuatnya bergocang begitu hebat.
Sebaliknya, Islam telah memberikan hak seorang wanita secara penuh atas
suaminya, di mana Islam memerintahkannya untuk menghormati istrinya, memenuhi
hak-haknya dan menciptakan kehidupan yang layak baginya sehingga istrinya patuh
dan cinta kepadanya.
Kewajiban menataati suami yang telah ditetapkan agama Islam kepada istri
tidak lain karena tanggung jawab suami yang begitu besar, sebab suami adalah
pemimpin dalam rumah tangganya dan dia bertanggungjawab atas apa yang menjadi
tanggungannya. Di samping itu, karena suami sangat ditekankan untuk mempunyai
pandangan yang jauh ke depan dan berwawasan luas, sehingga suami dapat
mengetahui hal-hal yang tidak diketahui istri berdasarkan pengalaman dan
keahliannya di bidang tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar